Oleh : Kang Tatang
Sumber : Detik.com
Tragedi di Teluk Kaimana, Papua Barat, itu membuat orang menyoroti kualitas pesawat MA-60 buatan Cina. Apalagi pembelian pesawat terbang tersebut oleh maskapai Merpati sejak semula mengundang kontroversi. Tapi sebaiknya kita tetap berpikir jernih dan menanti hasil investigasi penyebab jatuhnya pesawat ini.
Pesawat yang mengangkut 27 orang itu gagal mendarat secara normal pada Sabtu siang lalu. Terempas di laut, sekitar 400 meter sebelum mencapai landasan, kecelakaan ini membuat tubuh pesawat hancur berkeping-keping. Seluruh penumpang dan awak pesawat dinyatakan tewas, tapi mayat mereka belum semua ditemukan.
Dugaan sementara, musibah ini disebabkan oleh cuaca buruk sehingga mempengaruhi pengendalian pesawat. Komite Nasional Keselamatan Transportasi telah menemukan kotak hitam yang berisi rekaman data penerbangan. Adapun kotak hitam yang berisi rekaman percakapan di kokpit sudah diketahui lokasinya dan akan segera diambil. Dari investigasi KNKT inilah penyebab malapetaka itu akan bisa disimpulkan lebih akurat.
Mungkin saja kecelakaan itu benar-benar disebabkan oleh cuaca buruk. Mungkin pula gara-gara kesalahan pilot. Jika dua hal ini yang terjadi, tidaklah relevan mengaitkan musibah itu dengan kualitas pesawat buatan Xi'an Aircraft itu. Sebaliknya, bila kecelakaan tersebut disebabkan oleh faktor pesawat atau peralatan pendukungnya, barulah kita bisa mempersoalkan mutu pesawat. Apalagi selama ini banyak orang mempertanyakan penggunaan pesawat jenis itu lantaran belum teruji betul keandalannya.
Pesawat MA-60 juga hanya mendapat sertifikasi dari otoritas penerbangan Cina dan Indonesia. Pesawat ini belum memegang lisensi dari Federal Aviation Administration (FAA), Amerika Serikat. Pembelian pesawat itu pun terkesan dipaksakan oleh pemerintah dan diduga dikaitkan dengan perjanjian proyek listrik PLN 10 ribu megawatt yang akan dibiayai oleh Cina.
Merpati pun sempat menolak meneruskan perjanjian pembelian pesawat tersebut karena dianggap kurang menguntungkan. Kebetulan, di antara 15 pesawat MA-60 yang dipesan, belum seluruhnya diterima oleh maskapai ini. Harganya dianggap terlalu mahal dibanding pesawat sejenis. Dua tahun lalu pesawat MA-60 sempat pula dikandangkan oleh Merpati karena ada yang retak di sayap belakang.
Petinggi pemerintah lain lagi sikapnya. Menteri Perhubungan Freddy Numberi, misalnya, memastikan pembelian pesawat Cina itu jalan terus. Menurut dia, sertifikasi dari FAA tidak diperlukan karena pesawat ini tidak beroperasi di Amerika Serikat. Menghadapi sikap seperti ini, sebagai perusahaan plat merah, Merpati sulit menolak. Apalagi maskapai ini ditunjuk mengelola penerbangan perintis, yang tentu mendapat bantuan dan kompensasi dari pemerintah.
No comments:
Post a Comment
Terima kasih anda telah memberikan komentarnya disini.